Gerabah sederhana yang hadir dari Bantul ternyata bisa di ekspor ke eropa!
Siapa sangka perempuan yang hidup di sebuah desa dapat membuat gerabah tradisional bisa tampil di pasar internasional ?
Agustina Widayati (40) berasal dari kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Kreativitas dan semangat ingin maju dan terus bermanfaat buat sesama dapat membawa kerajinan gerabahnya menembus pasar ekspor ke berbagai negara.
Agustina dan suami, Parjono (50) adalah sepasang suami istri yang sangat kreatif dan punya semangat juang tinggi serta hati yang mulia terhadap masyarakat sekitar. Agustina merintis usaha gerabah atau keramik di desa srihardono, pundong, pada tahun 2003. Usaha yang diberi nama Parjono Keramik Jaya (PKJ) di mulai benar-benar dari bawah dan merintis dari nol.
Di tengah maraknya produk-produk yang memiliki daya tarik sangat tinggi, namun Agustina dan suami berhasil membuat produk yang sederhana ini menjadi banyak peminat, dengan mengkombinasikan gerabah dengan anyam rotan serta cat bakar yang khas, sehingga menghasilkan nilai karya seni gerabah yang unik dan otentik.
Bukan hanya menhasilkan produk yang memilki kualitas dan bentuk yang khas serta
berkualitas tinggi sehinga dapat bersaing dengan pasar global, namun usaha yang
di geluti oleh sepasang suami istri ini juga memiliki dampak yang sangat luar biasa
kepada masyarakat sekitar, di mana melibatkan warga sekitar dan melibatkan penyandang
disabilitas dalam proses produksi. Ia kini mempekerjakan sekitar 27 karyawan
tetap. Selain itu,
ada 40-an pekerja lepas yang menganyam rotan di rumah mereka masing-masing.
Yang istimewa, Agustina juga membuka ruang kerja untuk penyandang disabilitas, memberi kesempatan agar mereka bisa mandiri secara ekonomi. Inilah salah satu alasan mengapa ia mendapat pengakuan luas, karena usahanya bukan hanya mencari keuntungan, tetapi juga memberi manfaat sosial.
Pada tahun 2018, Agustina menerima Apresiasi Satu Indonesia Awards tingkat DIY dari Astra. Penghargaan ini diberikan karena dedikasinya memberdayakan penyandang disabilitas sekaligus menjaga tradisi lokal.
Bagi Agustina, penghargaan ini bukanlah akhir, melainkan dorongan untuk terus berinovasi dan memperluas jangkauan usahanya.
Langkah Agustina semakin mantap ketika ikut serta dalam berbagai pameran besar.IFEX Jakarta 2023 Dari ajang ini, ia mendapatkan pesanan 1.000 vas yang dikirim ke Yunani, lalu menyusul pesanan lain dari Mauritius.
JIFFINA 2024Pembeli dari Perancis bahkan datang langsung ke rumah dan workshop-nya, kemudian
memesan setengah kontainer produk sekaligus.
Kini, produk Parjono Keramik Jaya sudah melanglang buana ke Eropa, Amerika, Asia,
dan Australia.
Agustina tidak berhenti berkreasi. Ia menyiapkan langkah-langkah baru agar usahanya terus berkembang. Mengembangkan produk food-safe, aman digunakan untuk wadah makanan dan minuman. Bereksperimen dengan bahan GRC (Glass Reinforced Concrete)
yang lebih kokoh dan sesuai permintaan pasar global. Fokus pada desain yang mengikuti
tren internasional tanpa kehilangan sentuhan tradisional.
Bagi Agustina, keberhasilan tidak datang begitu saja. Butuh kerja keras, kesabaran, dan
keberanian untuk berinovasi. Ia percaya bahwa tradisi lokal bisa bersaing di pasar global
jika diberi sentuhan kreatif.
“Yang penting jangan takut mencoba hal baru. Kalau gagal, itu bagian dari proses belajar.
Kalau berhasil, itulah hadiah dari kerja keras,” begitu kira-kira semangat yang ia tularkan.
( 23/08/2025).
Kisah Agustina Widayati adalah bukti bahwa seorang perempuan desa dengan segala keterbatasannya bisa menembus pasar internasional. Bukan hanya lewat produk gerabah yang indah, tetapi juga lewat nilai kemanusiaan. Memberdayakan masyarakat sekitar, termasuk penyandang disabilitas. Dari sebuah desa kecil di Bantul, kini nama Agustina Widayati ikut mengharumkan Indonesia di panggung dunia.
Jadi, kalau Anda berkunjung ke Bantul, sempatkanlah mampir ke Pundong. Siapa tahu, dari sana anda bisa membawa pulang bukan hanya gerabah cantik, tetapi juga secuil inspirasi dari kisah seorang perempuan luar biasa.





Komentar
Posting Komentar